Senin, 31 Desember 2018

Prinsip dan Metode Isolasi DNA Plasmid

Prinsip dan Metode Isolasi DNA Plasmid


isolasi plasmid pdf, isolasi plasmid bakteri, isolasi plasmid rekombinan, isolasi dna plasmid pdf, metode isolasi plasmid, laporan isolasi plasmid, isolasi dna plasmid bakteri, jurnal isolasi plasmid, prinsip isolasi plasmid, teknik isolasi plasmid, prinsip isolasi plasmid pdf, laporan isolasi plasmid dna, manfaat isolasi plasmid, tahapan isolasi plasmid, pengertian isolasi plasmid, isolasi dna plasmid jurnal, isolasi dna plasmid adalah, metode isolasi plasmid.pdf, jurnal isolasi plasmid pdf, cara isolasi plasmid pdf, isolasi plasmid adalah, plasmid isolation alkaline lysis, plasmid isolation alkaline lysis method,
Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang umum dijumpai pada mikrobia atau beberapa yeast (Madigan et al., 2012). Plasmid memiliki struktur dobel heliks sirkular dengan ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan ukuran DNA kromosomal, ukuran plasmid berkisar antara 2 hingga 200 kb (Turner et al., 2007). Sebagai materi genetik ektrakromosomal, plasmid tidak mengandung gen-gen yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan sel sebagaimana kromosom, namun plasmid mengandung gen-gen yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup pada suatu kondisi tertentu (Dawson et al., 1996). Plasmid memiliki daerah awal replikasi (OriC) sehingga plasmid dapat bereplikasi secara independen dan tidak bergantung pada kromosom (Hardy, 1987). Plasmid dapat ditransfer dari satu sel ke sel yang lain. Kemampuan plasmid untuk ditransfer dari satu sel ke sel lain mengindikasikan gen-gen yang terdapat pada plasmid dapat diekspresikan pada sel lain (Campbell & Farrell, 2009).

Isolasi dna plasmid adalah proses memisahkan DNA plasmid dari sel bakteri atau yeast. Manfaat isolasi plasmid pada umumnya digunakan sebagai vektor dalam berbagai teknik rekayasa genetika seperti kloning gen atau transformasi (Nicholl, 2008). Plasmid memiliki beberapa karakteristik sehingga dapat digunakan sebagai vektor, di antaranya memiliki ukuran yang relatif kecil, hal ini sangat penting untuk efisiensi transformasi dan penanganan (Dawson et al., 1996). Selain ukuran yang relatif kecil, plasmid memiliki restriction site yang unik sehingga dapat dipotong oleh enzim endonuklease restriksi yang spesifik dan dapat diinsersikan gen atau segmen DNA pada plasmid tersebut (Campbell & Farrell, 2009). Plasmid memiliki gen pengkode resistensi terhadap antibiotik tertentu sehingga dapat digunakan sebagai marker seleksi untuk mendeteksi transforman (Turner et al., 1997). 

Dalam proses isolasi DNA plasmid bakteri maupun yeast, terdapat dua metode yang umum digunakan dalam isolasi DNA plasmid, yaitu metode boiling dan metode alkaline lysis (Sambrook & Russell, 2001). Secara umum, prinsip isolasi DNA plasmid pada kedua metode tersebut adalah sama, yaitu pelisisan sel, ekstraksi DNA plasmid, serta presipitasi dan purifikasi DNA plasmid.


Metode Isolasi Plasmid

1. Metode Boiling
Isolasi DNA plasmid dengan metode boiling menggunakan prinsip bahwa suhu tinggi setelah proses pelisisan sel akan mendenaturasi protein dan DNA, namun tidak dapat memisahkan kedua untai DNA pada struktur dobel heliks sirkular plasmid (Sambrook & Russell, 2001). Teknik isolasi plasmid tersebut disebabkan DNA sirkular plasmid memiliki topologi dua untai polinukleotida sirkular yang saling berkaitan. Pada saat suhu diturunkan, plasmid akan mengalami renaturasi, sedangkan DNA kromosomal yang menjadi linear setelah proses pelisisan sel dan tetap terikat pada membran sel tidak dapat mengalami renaturasi akan mengendap dan terpisahkan dari DNA plasmid setelah disentrifugasi (Boyer, 2000). 

2. Metode Alkaline Lisis 
Pada metode isalasi DNA plasmid ini, kondisi alkali yang disebabkan perlakuan dengan campuran SDS dan NaOH menyebabkan DNA kromosomal dan plasmid mengalami denaturasi setelah sel mengalami lisis (Turner et al., 1997). Penambahan natrium astetat setelah perlakuan alkali dapat menetralkan pH dan menyebabkan DNA mengalami renaturasi (Reece, 2004). Pada kondisi tersebut, DNA plasmid dapat mengalami renaturasi dengan segera, namun DNA kromosomal membentuk agregat yang diakibatkan adanya asosiasi interstrand dan menyebabkan DNA kromosomal terendapkan bersama komponen protein setelah disentrifugasi (Ausubelet al., 2003).

Tahapan Isolasi Plasmid

1. Pelisisan Sel
Penghancuran sel merupakan tahapan awal isolasi DNA plasmid yang bertujuan untuk mengeluarkan isi sel (Holme, 1998). Penghancuran sel pada isolasi DNA plasmid dapat dilakukan dengan menggunakan detergen atau secara enzimatik (Jones & Sutton, 1997). Detergen yang umum digunakan untuk melisiskan sel adalah SDS sodium dodecyl sulphate (SDS), detergen dapat melarutkan lipid yang terdapat pada membran sel sehingga dapat mendestabilisasi membran sel (Surzycki, 2000). Pada isolasiDNA plasmid dengan metode alkaline lysis, detergen SDS dicampur dengan NaOH dengan tujuan untuk menciptakan kondisi alkali sehingga DNA terdenaturasi (Turner et al., 1997).

2. Ekstraksi DNA Plasmid
Ekstraksi DNA plasmid bertujuan untuk memisahkan DNA plasmid dari komponen lain seperti protein dan DNA kromosomal (Nair, 2008). Penambahan natrium asetat dapat menetralkan pH alkali, hal ini menyebabkan DNA plasmid sirkular mengalami renaturasi dengan segera sedangkan DNA kromosomal tidak dapat mengalami renaturasi dengan sempurna diakibatkan adanya asosiasi intrastrand sebagaimana disebutkan sebelumnya, sehingga terendapkan bersama komponen protein setelah disentrifugasi (Ausubel et al., 2003). Saat proses ekstraksi DNA, seringkali digunakan chelating agent seperti ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) yang berperan menginaktivasi enzim DNase yang dapat mendenaturasi DNA yang diisolasi, EDTA menginaktivasi enzim nuklease dengan cara mengikat ion magnesium yang dibutuhkan sebagai kofaktor enzim nuklease (Walker & Ralph, 2008).

3. Presipitasi dan Purifikasi DNA
Pada tahap ekstraksi, DNA plasmid akan berada pada fase aqueous setelah penambahan natrium asetat dan disentrifugasi (Howe, 2007). DNA plasmid yang berada pada fase aqueous tersebut dapat dipresipitasi dengan menggunakan isopropanol atau ethanol (Reamet al., 2003). Kedua kemikalia tersebut akan mempresipitasi DNA pada fase aqueous sehingga DNA menggumpal membentuk struktur fiber dan terbentuk pellet setelah sentrifugasi dilakukan (Switzer, 1999). Pada tahap presipitasi ini, DNA yang terpresipitasi akan terpisah dari residu-residu RNA dan protein yang masih tersisa, residu tersebut juga mengalami koagulasi, namun tidak membentuk struktur fiber dan berada dalam bentuk presipitat granular, saat ethanol atau isopropanol dibuang dan pellet dikeringanginkan dalam tabung, maka pellet yang tersisa dalam tabung adalah DNA pekat, presipitasi kembali dengan ethanol atau isopropanol sebelum pellet dikeringanginkan akan meningkatkan derajat kemurnian DNA yang didapat (Bettelheim & Landesberg, 2007). 

Protokol Metode Alkaline Lisis 

plasmid isolation conventional method, cara isolasi plasmid, plasmid isolation column, plasmid isolation contamination, plasmid isolation cesium chloride, plasmid isolation centrifuge, plasmid isolation concept, plasmid isolation cscl, isolasi plasmid dna, isolasi plasmid dengan metode alkali lisis, isolasi dna plasmid ppt, isolation plasmid dna, isolation plasmid dna alkaline lysis method, isolation plasmid dna protocol, pembahasan isolasi plasmid dna, prinsip isolasi dna plasmid, metode isolasi dna plasmid, praktikum isolasi dna plasmid, prosedur isolasi dna plasmid, teknik isolasi dna plasmid, jurnal isolasi dna plasmid pdf, teori isolasi dna plasmid, proses isolasi dna plasmid, plasmid isolation experiment, plasmid isolation electrophoresis


Isolasi DNA plasmid dengan prinsip alkalyne lysis yakni langkah pertama yang dilakukan ini adalah resuspensi pellet sel bakteri dengan larutan I. Larutan I adalah campuran glukosa, Tris-HCl, dan Na-EDTA. Komponen glukosa pada larutan I dapat berperan sebagai buffer untuk mempertahankan pH agar tetap pada kisaran 12, hal ini sangat penting karena tahap pelisisan sel menggunakan SDS-NaOH membutuhkan kondisi pH basa (Birnboim & Doly, 1979; Ausubel et al., 2003). Fungsi Tris-HCl dalam larutan I sebagai buffer setelah sel mengalami pelisisan, sebagaimana disebutkan Surzycki (2000), kondisi pH setelah pelisisan sel dapat dipertahankan pada kisaran 7,6-9 yang merupakan kisaran pH fisiologis internal sel, sehingga DNA tidak mengalami kerusakan. Na-EDTA pada larutan I berperan sebagai chelating agent yang dapat menginaktivasi enzim DNase dengan cara mengikat ion magnesium yang dibutuhkan sebagai kofaktor enzim nuklease sehingga dapat mencegah DNA terdenaturasi oleh aktivitas DNase (Bettelheim & Landesberg, 2007; Walker & Ralph, 2008).

Larutan II yang merupakan campuran SDS dan NaOH ditambahkan pada suspensi sel bakteri dalam larutan I. Penggunaan SDS dalam larutan II bertujuan untuk melisiskan membran sel, O'sullivan dan Klaenhammer (1993) menyebutkan bahwa SDS merupakan detergen anionik yang dapat melisiskan membran sel. Selain melisiskan sel, SDS dapat mereduksi aktivitas enzim nuklease dengan kemampuannya mendenaturasi komponen protein selular (Switzer, 1999). Komponen NaOH pada larutan II dapat memberikan kondisi basa yang menyebabkan DNA mengalami denaturasi (Ausubel et al., 2003; Reece, 2004). Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan larutan II merupakan tahap pelisisan sel dalam proses isolasi DNA plasmid.

Penambahan larutan III (Natrium asetat) pada campuran pellet sel bakteri, larutan I, dan larutan II bertujuan untuk memisahkan antara DNA plasmid dengan komponen selular lain seperti protein, DNA kromosomal, dan debris sel, setelah sel dilisiskan. Dale & von Schantz (2007) menyebutkan bahwa penambahan natrium asetat dapat menurunkan pH dan menyebabkan DNA plasmid yang berukuran lebih kecil dari DNA kromosomal dapat segera mengalami renaturasi sedangkan DNA kromosomal tidak dapat langsung segera mengalami renaturasi. Inkubasi pada es selama 10 menit yang dilakukan setelah penambahan larutan III dapat memaksimalkan renaturasi DNA plasmid (Wilson & Walker, 2010). Sentrifugasi setelah penambahan natrium asetat dapat menyebabkan DNA kromosomal, protein, dan RNA dengan berat molekul yang relatif besar mengalami presipitasi (Reece, 2004). Hal tersebut menandakan bahwa pellet yang terbentuk setelah sentrifugasi yang dilakukan setelah penambahan larutan III adalah presipitat DNA kromosomal, protein, dan RNA dengan berat molekul relatif besar, sedangkan DNA plasmid berada pada supernatan.

DNA plasmid yang terdapat supernatan dapat dipekatkan dan dipisahkan dari kontaminan terlarut melalui proses presipitasi, sebagaimana disebutkan Davis et al. (1994) bahwa komponen DNA yang terdapat pada supernatan masih tercampur dengan garam-garam terlarut komponen buffer dan DNA dapat dipisahkan dari kontaminan terlarut melalui presipitasi DNA. Presipitasi DNA plasmid dalam supernatan dilakukan dengan menambahkan isopropanol. DNA dapat terpresipitasi setelah penambahan isopropanol disebabkan DNA tidak terlarut dalam isopropanol (Dolphin, 1998). Hasil presipitasi DNA plasmid dengan penambahan isopropanol pada umunya nampak sebagai pellet berwarna putih. 

Pellet DNA yang terbentuk setelah presipitasi dengan menggunakan isopropanol dapat dipurifikasi untuk meningkatkan kemurnian DNA yang didapat. Proses purifikasi DNA dilakukan dengan pencucian menggunakan ethanol 70%. Pencucian dengan ethanol 70% dapat menghilangkan residu-residu garam yang masih tersisa setelah presipitasi, sehingga DNA yang didapatkan lebih murni (Keller & Mark, 1989; Zyskind & Sanford, 1992).

Setelah pencucian dengan ethanol 70%, ethanol kemudian dibuang dan pellet dikeringanginkan, lalu ditambahkan buffer TE dan disimpan di freezer. Pelt-Verkuilet al. (2008) menyatakan bahwa buffer TE dan penyimpanan suhu pada -20 °C memungkinkan DNA sampel yang telah diekstraksi dapat disimpan hingga waktu berminggu-minggu. Keller & Mark (1989) menyebutkan bahwa pelarutan kembali dengan buffer TE dapat memisahkan antara RNA yang mempunyai berat molekul lebih rendah dibandingkan DNA sehingga DNA yang didaptkan tidak terkontaminasi oleh RNA dan DNA sangat stabil ketika disimpan dalam keadaan terpresipitasi pada suhu -20 °C.

Jika DNA plasmid yang didapatkan belum menunjukkan informasi mengenai derajat kemurnian ataupun ukuran molekulnya, maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menguji keberhasilan proses isolasi DNA plasmid. Analisis spektrofotometri dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi dan kemurnian DNA (Zyskind & Sanford, 1992; Dolphin, 2008), sedangkan ukuran DNA plasmid yang didapat dapat diperiksa melalui analisis elektroforesis (Holme & Hazel, 1998).

CRISPR untuk Rekayasa Jenis Kelamin Nyamuk

CRISPR untuk Rekayasa Jenis Kelamin Nyamuk


Jenis kelamin penting dalam keberlangsungan hidup dan evolusi organisme yang bereproduksi secara seksual. Pada spesies serangga yang berbeda, terdapat sistem kromosom yang beragam yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin individu. Dalam kelompok Diptera, misalnya, sistem kromosom seks menentukan  cakupan yang luas seperti XX / XY dalam nyamuk Anopheles dan lalat Drosophila buah, ZW / ZZ dan XX / XO di beberapa Tephritidae lalat, dan kromosom seks-menentukan homomorphic di nyamuk Culicinae.

Inovasi terbaru perkembangan CRISPR-Cas9 dalam mengedit gen telah membuat lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah dalam kemajuan rekayasa genetik hewan dan tumbuhan. Seperti pada spesies nyamuk Anopheles gambiae dan Aedes aegypti yang dapat dimanipulasi menjadi nyamuk transgenik.
CRISPR (clustered regulatory interspaced palindromic repeat) adalah alat yang terbuat dari DNA rekayasa, yang mengandung urutan panduan gen tertentu yang akan di sambung ke sasaran, bersamaan dengan  enzim cas9. Sistem CRISPR pada bakteri tipe-II  telah diadaptasi dalam berbagai organisme untuk menghasilkan RNA endonuklease, atau RGENs, yang menargetkan daerah tertentu dari genom RNA-DNA. Pada dasarnya sistem CRISPR/ Cas terdiri dari dua komponen: 

  • SgRNA (synthetic single guide RNA ), yang merupakan RNA kecil yang berisi 17-20 bp yang dapat berpasangan pada urutan genom tertentu.
  • Enzim Cas9 (CRISPR-associated protein 9) adalah enzim yang dapat memotong untai DNA dilokasi yang ditentukan. 
Sebagaimana dalam sel bergerak memperbaiki untai DNA, dan diganti dengan DNA yang cocok dan yang dipilih sebelumnya. Ini berarti peneliti dapat menyisipkan urutan gen yang dipilih dengan tepat. Cas9  berasal dari Streptococcus pyogenes (SpCas9). SpCas9 membentuk kompleks dengan sgRNA dan menginduksi untai ganda DNA jeda di daerah genom yang memenuhi dua kriteria:

  1. Berisi urutan komplementer ke situs inisiasi sgRNA 
  2. Berbatasan langsung dengan  PAM (protospacer-adjacent motif ). 
Urutan PAM berfungsi agar SpCas9  dapat  membentuk urutan NGG. Motif ini terjadi kira-kira sekali setiap 17 bp di genom Ae. aegypti, sehingga memungkinkan peneliti dapat menargetkan setiap lokus genom dengan sistem CRISPR-Cas9.

Sistem CRISPR mempunyai sifat /karakteristik :
  1. non-homologous end joining (NHEJ)
  2. homology-directed repair (HDR)



Gen NIX
Pada 2015, sebuah tim Peneliti yang dipimpin oleh Zhijian Tu dan Zach Adelmen mempelajari spesies nyamuk Aedes aigypti dan  menemukan faktor penentu jenis kelamin jantan yang ditranskripsi dari sebuah  gen tunggal bernama Nix yang mereka sebut faktor M, yang terletak di kromosom Y. Nix diduga mengkode RNA-binding protein dan ditranskripsikan selama transisi ibu ke zigot, sebelum  jenis kelamin ditentukan.
Ketika Nix disisipkan dengan CRISPR-Cas9, menghasilkan jantan feminin yang menunjukkan alat kelamin dan antena betina. Ketika Nix itu ektopik menghasilkan secara genetik nyamuk betina tetapi mengembangkan alat kelamin jantan secara eksternal dan internal termasuk testis dan kelenjar aksesoris. integrasi Nix ke dalam genom sebagai transgen mungkin cukup untuk mengkonversi betina ke jantan subur. Atau, Nix diekspresi pada betina dapat mengkonversi betina ke jantan steril atau hanya  betina lethal.
Setiap kali sel membelah, alat CRISPR-Cas9 disambung ke setiap genom nyamuk, dan membawa serta urutan genetik yang dipilih peneliti. Dengan cara ini, urutan genetik dapat dimasukkan ke dalam setiap urutan DNA wild type. Mekanisme ini disebut “ gen drive“, karena dapat digunakan untuk menggerakkan urutan genetik yang dipilih ke populasi sehingga, akhirnya jika gen berfungsi seperti yang diharapkan, setiap organisme keturunan akan memiliki sifat fenotip terkait dengan urutan DNA yang dipilih peneliti 

Penulis: 

Suyatno Rindang

Referesi
  1. Adelman, Z.(2015).“A male-determining factor in the mosquito Aedes aegypti”. sciencexpres
  2. Bioetic Program IOWA  State University.  2016. Engineering Extinction: CRISPR, Gene Drives and Genetically-Modified Mosquitoes.
  3. Kathryn E. (2015). “Genome Engineering with CRISPR-Cas9 in the Mosquito Aedes aegypti”. Cell Reports 11, 51–60

Karya Agung dari Lukisan Bakteri

Karya Agung dari Lukisan Bakteri


Mikroorganisme adalah mahkluk hidup yang bersifat renik yang dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Para ahli mikrobiologi jika ingin mengembangbiakkan bakteri maupun jamur maka salah satunya dengan menggunakan media tertentu dalam cawan petri. Keunikan warna dan perpendaran yang dihasilkan mikroorganisme tertentu telah menginspirasi karya seni ilmiah yang unik.

Tidak semua orang yang berkecimpung dalam dunia mikrobiologi bisa menghasilkan karya hebat ini karena ketika melukis tidak langsung nampak. Lukisan akan nampak ketika bakteri sudah tumbuh membentuk koloni dengan warna-warna tertentu. Berikut adalah contoh hasil karya lukisan bakteri yang mengesankan:


TUT WURI HANDAYANI

Karya lukisan bakteri dengan lambang "Tut Wuri Handayani" ini berasal dari pertumbuhan mikroorganisme bakteri E. coli dan Klebsiella sp. yang dibiakkan dengan menggunakan medium Mac Conkey. Kedua bakteri tersebut diisolasi dari minuman CapCin (Capucino Cincau). Kedua bakteri tersebut adalah indikasi pencemaran air yang dapat menyebabkan sakit pada saluran pencernaan. 


CANDI BOROBUDUR

Karya seni dari mikobiologi ini adalah lukisan Candi Borobudur yang terbuat dari bakteri Escherechia coli yang ditumbuhkan dalam medium Mac Conkey Agar ( MCA ). Lukisan ini adalah karya Mahbubatur Rohmah yang ingin mengenalkan warisan Nusantara dalam cawan petri.


FERTILISASI

Karya rumit ini menggambarkan proses fertilisasi. Dalam lukisan bakteri tersebut digunakan empat jenis bakteri antara lain (1) yakni Staphylococcus aureus (berwarna merah) yang merupakan bakteri patogen oportunis pada manusia maupun hewan; (2)Staphylococcus xylosus (berwarna hijau) yang merupakan bakteri komensalisme pada kulit manusia, (3) Staphylococcus hyicus (berwarna putih) yang merupakan bakteri patogen pada babi, (4) Corynebacterium glutamicum (berwarna kuning) adalah bakteri non patogen yang biasanya digunakan untuk keperluan industri untuk memproduksi asam amino glutamat dan lisin. Author: Md Zohorul Islam, DVM.


ANATOMI JANTUNG

Lukisan anatomi jantung ini terdiri dari bakteri (1) Serratia marcescens yang berwarna merah akibat adanya pigmen prodigiosin. Bakteri tersebut menggambarkan posisi aorta jantung. (2) Chromobacterium violaceum yang berwarna ungu gelap yang menggambarkan posisi saluran pulmonalis , (3) Corynebacterium xerosis yang berwarna merah yang menggambarkan jantung.


GAJAH THAILAND

Karya tersusun atas biakan bakteri Chromobacterium violaceum (berwarna ungu gelap), Staphylococcus aureus (berwarna putih) dan  Micrococcus sp. (berwarna putih) dalam medium darah.



ZEBRA

Lukisan zebra ini berasa dari bakteri Escherichia coli yang telah ditransformasi dengan membawa plasmid pGLO™ yang menghasilkan protein berpendar hijau, green fluorescent protein (GFP). GFP pertama kali diisolasi dari gen  ubur-ubur jenis Aequorea victoria oleh Osamu Shimomura pada tahun 1962. 

Cara Sederhana Membuat VCO (Virgin Coconut Oil)

Cara Sederhana Membuat VCO 

(Virgin Coconut Oil)

Minyak Kelapa Murni



cara membuat vco, cara membuat vco tanpa pemanasan, cara membuat vco di rumah, cara membuat vco dengan pemanasan, cara membuat vco murni, cara membuat vco tradisional, cara membuat vco menggunakan ragi, cara membuat vco oil, cara membuat vco yang benar, cara membuat vco dengan ragi roti, cara membuat vco metode pemanasan, cara membuat vco minyak kelapa, cara membuat vco fermentasi, cara membuat vco dengan blender, cara membuat vco metode mixing, cara membuat vco tanpa dimasak, cara membuat vco dengan mixer, cara membuat vco dengan metode fermentasi, cara membuat vco terbaik, cara membuat vco secara tradisional
VCO (Virgin Coconut Oil) adalah minyak kelapa murni yang diekstrak dari kelapa tua dengan menggunakan berbagai metode. Kandungan VCO didominasi oleh lemak jenuh yang berupa MCT (Medium Chain Triglyceride) dan asam laurat. Salah satu khasiat VCO bagi kesehatan yakni mampu melancarkan metabolisme tubuh.

Harga VCO di pasaran cukup bervariasi mulai dari yang murah hingga yang mahal. Jika anda rajin mengkonsumsi VCO, tidak salahnya membuat VCO sendiri agar lebih ekonomis dan tentunya kualitasnya asli. Prinsip dasar dalam membuat VCO ada 3 tahapan utama, yakni: (1) pembuatan santan kelapa, (2) pembuatan VCO, dan (3) penyaringan. Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah membuat VCO:

Pembuatan Santan

Hal yang harus diperhatikan sebelum proses pembuatan santan yakni pilihlah kelapa yang tua. Perbandingan kelapa dan air yakni 2,5 butir kelapa diberi air matang 1,5 liter. Untuk menghancurkan kelapa bisa diparut manual atau mesin maupun menggunakan food processor. Jika untuk skala kecil bisa menggunakan blender dengan memotongnya kecil-kecil kemudian diblender dengan air.

Peras dan saring kelapa sampai menghasilkan santan. Langkah selanjutnya yakni masukkan santan ke dalam wadah atau toples yang transparan dan tutup bagian atasnya. Biarkan santan kelapa tersebut selama kurang lebih 1 jam sampai terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan atas yang disebut krim (kanil) dan lapisan bawah yang berupa air. Pisahkan krim dari air untuk proses pembuatan VCO.

elaskan cara membuat vco dengan cara tradisional, cara membuat vco dari kelapa, cara membuat vco dengan ragi, cara membuat vco dengan ragi tempe, cara membuat vco dan manfaatnya, cara membuat vco dengan metode pemanasan, cara membuat vco dengan fermipan, cara membuat vco dengan sentrifugal, cara membuat vco dengan nanas, cara membuat vco dengan metode sentrifugal, cara membuat vco dengan ragi tape, cara membuat vco dengan pancingan, cara membuat vco dengan enzim, cara membuat vco dengan pemancingan, cara membuat vco dengan peragian, cara membuat vco dg mixer, cara membuat extra vco, cara membuat extra virgin coconut oil, cara pembuatan vco secara enzimatis, cara membuat es krim vco
Proses pembuatan santan hinggan terbentuk krim


Pembuatan VCO

Setelah diperoleh krim di lapisan atas, maka langkah berikutnya yakni proses pembuatan VCO yang terdiri dari 6 metode. Adapun metode pembuatan VCO antara lain:

1. Metode Pemanasan
Metode ini menggunakan pemanasan terkendali. Caranya yakni krim yang diperoleh dari santan kemudian dimasak dengan wajan pada suhu sedang 60°C - 75°C. Jaga suhu jangan sampai panas berlebihan. Aduk perlahan hingga keluar minyak. Jika sudah diperoleh minyak, matikan apinya. Pisahkan minyak dari blondo dengan cara menggunakan serok. Keunggulan menggunakan metode ini adalah VCO yang dihasilkan diperoleh dalam waktu yang singkat dibandingkan metode yang lain.

cara membuat vco youtube, cara membuat vco agar tidak tengik, cara membuat vco alami, cara membuat vco adalah, cara membuat minyak kelapa murni atau vco, cara membuat vco berkualitas tinggi, cara membuat vco berkualitas, cara membuat vco yang berkualitas, cara membuat vco yg benar, cara membuat vco yg baik, cara membuat vco yang baik, cara buat vco yang baik, cara membuat minyak vco yang benar, bagaimana cara membuat vco sendiri, bagaimana cara membuat vco kelapa hijau, bagaimana cara membuat minyak vco, cara membuat vco sentrifugal, cara membuat vco virgin coconut oil, cara membuat vco dengan cara fermentasi
Cara membuat VCO dengan pemasan


2. Metode Fermentasi
Cara membuat VCO dengan fermentasi dimulai dari menyiapkan krim santan di dalam toples dan kemudian tambahkan ragi roti sebanyak 1/4 sendok teh. Aduk campuran tersebut dan kemudian tutuplah toples. Biarkan (inkubasi) selama 24 jam. Hasilnya adalah terbentuk 3 lapisan yakni: lapisan atas (minyak), lapisan tengah (blondo), lapisan bawah (air).

3. Metode Pemancingan
Metode pancingan adalah membuat VCO dengan menggunakan VCO yang sudah jadi sebagai pemancing untuk terbentuknya VCO baru. Langkahnya sangat mudah sekali yakni siapkan krim dan masukkan ke dalam toples kemudian tambahkan 1-2 sendok makan VCO dan aduk hingga merata. Tutuplah toples kemudian tunggu selama 24 jam. Hasilnya yakni akan terbentuk 3 lapisan yaitu: lapisan atas (minyak), lapisan tengah (blondo), lapisan bawah (air).

4. Metode Enzim Daun Pepaya
Daun pepaya mengandung enzim papain yang bisa digunakan untuk membuat VCO. Siapkan daun pepaya dan iris kecil-kecil. Campurkan irisan daun pepaya secukupnya dengan krim santan dan msukkan ke dalam toples tertutup. Tunggu hingga 24 jam sampai terbentuk 3 lapisan. Lapisan atas berupa minyak, lapisan tengah berupa blondo, dan lapisan bawah berupa air.

5. Metode Enzim Nanas
Nanas mengandung enzim bromelain yang dapat digunakan untuk membuat VCO. Siapkan buah nanas secukupnya (termasuk bonggol tengahnya) dan kemudian diparut. Parutan nanas tersebut dicampur dengan krim santan dan taruh di toples tertutup. Biarkan selama 24 jam hingga terbentuk 3 lapisan.

6. Metode Asam Cuka
Cara membuat VCO dengan pengasaman cukup sederhana. Hanya menambahkan asam cuka makanan kedalam krim santan. Perbandingannya yakni 200 ml krim santan dicampur dengan 2 sendok asam cuka. Setelah dicampur dengan cuka, aduk hingga merata dan biarkan hingga 24 jam hingga terbentuk 3 lapisan.

Penyaringan

Tahap terakhir yakni menyaring VCO agar menjadi lebih jernih.. Hasil pada tahapan pembuatan VCO yang terbentuk 3 lapisan, ambilah lapisan atas yang berupa minyak dan kemudian disaring. Penyaringan bisa dengan menggunakan kain saring atau kertas saring. Setelah disaring masukkan ke dalam botol tertutup agar terjaga kualitasnya. Jangan disimpan di kulkas dan hindari terkena sinar matahari.

cara buat vco fermentasi, cara membuat minyak vco dengan fermentasi, cara membuat minyak goreng vco, cara membuat pasta gigi dari vco, cara membuat vco homemade, cara membuat vco kelapa hijau, cara pembuatan vco kelapa hijau, cara buat vco kelapa hijau, cara pembuatan vco skala industri, cara membuat vco kelapa, cara membuat vco kualitas terbaik, cara membuat vco kualitas tinggi, cara membuat vco kimia, cara membuat vco kelapa muda, cara buat vco kelapa, cara pembuatan vco kelapa, cara membuat minyak vco dari kelapa, cara membuat minyak kelapa murni vco tanpa pemanasan, cara membuat vco tahan lama, cara membuat vco metode mixer
Proses penyaringan VCO



Kandungan Gizi VCO (Virgin Coconut Oil
Jumlah Per 100 g

Kalori (kcal) 862
Jumlah Lemak 100 g
___Lemak jenuh 87 g
___Lemak tak jenuh ganda 1,8 g
___Lemak tak jenuh tunggal 6 g
Kolesterol 0 mg
Natrium 0 mg
Jumlah Karbohidrat 0 g
___Serat pangan 0 g
___Gula 0 g
Protein 0 g

Health-Related Quality of Life of Patients with HPV-Related Cancers in Indonesia Didik Setiawan, PhD1,2,*, Arrum Dusaļ¬tri, BPharm2, Gi...