Senin, 31 Desember 2018

TOKSIN Racun Merkuri Penghancur Otak

Racun Merkuri Penghancur Otak



Merkuri merupakan logam berat yang tidak asing lagi untuk kita dengar. Logam ini sudah mencemari segala aspek kehidupan kita mulai dari perairan, udara, dan tanah yang masuk ke dalam rantai makanan bahkan juga sering dipakai untuk menambal gigi Anda yang berlubang. Seberapa jauh efeknya terhadap kesehatan? Hal perlu ditekankan adalah jang pernah meremehkan logam ini jika Anda tidak menginginkan kualitas kesehatan Anda terganggu.



Logam ini sebagian besar bersumber dari industri yang kemudian masuk ke lingkungan terutama perarian seperti sungai dan laut. Alhasil, ikan yang merupakan makanan sehat bisa menjadi ancaman kesehatan tubuh kita. Hal yang perlu diwaspadai adalah ibu hamil, karena merkuri mampu menghambat pertumbuhan sel saraf otak. Jika hal demikian terjadi, maka anak yang terlahir bisa memiliki gangguan seperti autis. Bahkan merkuri juga bisa menyebabkan penyusutan pada otak manusia. Bagaimana cara kerja merkuri bisa merusak sel saraf? Berikut videonya!




Tidak dapat dipungkiri bahwa kita tidak bisa menghindari pencemaran logam berat ini, pasalnya zat ini sudah mencemari kehidupan kita. Hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah meminimalisir dan membuanganya dari tubuh kita. Untuk meminimalisir, hindari atau kurangi makanan laut seperti kerang dan ikan berukuran besar; hindari penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri, serta konsummsilah makanan yang organik. Adapun untuk proses membuang merkuri dari tubuh, Anda bisa melakukan cleansing / detoksifikasi dengan berbagai cara seperti cukupi kebutuhan air putih, perbanyak konsumsi zat pembersih liver seperti temulawak, dan lainnya.

Pengenalan Jenis dan Fungsi Alat-alat Laboratorium

Pengenalan Jenis dan Fungsi Alat-alat Laboratorium




Prinsip kerja yang steril dan aseptis merupakan prinsip kerja yang harus dilakukan pada saat melakukan praktikum atau penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.  Kerja yang steril berarti kerja pada kondisi bebas dari semua bentuk hidup mikroorganisme, termasuk endospora dan virus. Namun, kondisi steril tidak terbebas dari kehadiran prion. Proses atau tahapan kerja untuk menghilangkan atau mematikan seluruh bentuk hidup mikroorganisme dan virus disebut sterilisasi.  Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, baik metode fisik maupun kimia (Nester dkk., 2004).

Sementara itu, kerja aseptis adalah kerja pada kondisi tercegah dari serangan agen infeksi yang dapat menginfeksi jaringan atau material yang steril.  Untuk mencapai kondisi aseptis diperlukan teknik-teknik aseptik (Benson, 2001). Teknik-teknik aseptik adalah teknik yang dilakukan untuk mengurangi serangan patogen yang dapat mengontaminasi media/kultur (Black, 2008) dan jaringan hidup (Benson, 2001).  Suatu media atau jaringan hidup agar terbebas dari kontaminasi agen penyebab penyakit dan virus harus dilakukan upaya disinfeksi terlebih dahulu. Secara umum, disinfeksi menggunakan zat kimia antimikroba yang disebut zat disinfektan (Nester dkk., 2004; Black, 2008).

Zat disinfektan mudah mematikan bakteri dalam fase vegetatif, jamur, dan lipid containing virus. Sementara itu, zat disinfektan sulit mematikan Mycobacteria dan non-lipid containing virus serta umumnya spora bakteri dapat resistan terhadap zat tersebut (Collins & Lyne, 2004). Zat disinfektan dapat berupa fungisida dan germisida. Fungisida adalah zat disinfektan yang dapat membunuh jamur, sedangkan germisida adalah zat disinfektan yang dapat membunuh mikroorganisme dan menginaktivasi virus (Nester dkk., 2004). Sementara itu, zat disinfektan yang aman digunakan oleh kulit atau jaringan hidup lain disebut zat antiseptik (Benson, 2001; Nester dkk., 2004). 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sterilisasi mempunyai bermacam-macam metode. Metode-metode sterilisasi tersebut antara lain metode penyalaan (flaming), panas-kering, autoclaving, tyndalisasi, filtrasi, dan inspisasi (Collins & Lyne, 2004). Namun, metode yang paling umum dan mendasar untuk digunakan dalam sterilisasi adalah metode autoclaving, panas-kering, dan filtrasi (Harley & Prescott, 2002).  

Metode autoclaving menggunakan alat yang disebut autoklaf. Metode autoclaving atau metode panas-basah memanfaatkan panas uap air untuk melakukan proses pensterilan. Tidak hanya itu, metode autoclaving memanfaatkan kekuatan tekanan, sehingga suhu yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan proses sterilisasi menjadi lebih cepat (Collins & Lyne, 2004). Sementara itu, metode panas-kering memanfaatkan aliran udara panas untuk melakukan proses pensterilan.  Berbeda dengan metode autoclaving, metode panas-kering memerlukan waktu yang lebih lama karena sterilisasi tidak disertai dengan tekanan seperti halnya pada metode autoclaving (Harley & Prescott, 2002). Selanjutnya, metode filtrasi merupakan metode pensterilan dengan menggunakan pori yang sangat kecil untuk menyaring bakteri. Namun, mikroplasma dan virus tidak ikut tersaring dengan menggunakan metode filtrasi (Collins & Lyne, 2004).
Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-alat yang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang tidak. Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator atau inkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer box, anaerobic jar, sentrifugator, dan spektrofotometer. Berikut penjelasan artikel alat-alat laboratorium mikrobiologi beserta fungsinya:

1. Autoklaf

Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan memanfaatkan panas uap air di bawah tekanan.  Temperatur panas uap air pada tekanan atmosfer hanya mencapai 100 °C. Akan tetapi, temperatur akan meningkat dengan adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15 lb/in2) temperatur menjadi 121°C. Bakteri akan dibunuh pada temperatur tersebut kurang lebih selama 15-20 menit (Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi kultur media, jarum suntik, dan larutan yang termostabil (Cappuccino & Sherman, 2001).  
Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan temperatur, tergantung material yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat autoklaf berkisar antara 15-20 lb, temperatur yang diizinkan berkisar antara 121-125 °C (250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-45 menit, tergantung bahan atau material yang akan dimuat (Morello dkk., 2003). Udara juga merupakan faktor penting yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara pada muatan autoklaf akan memberi pengaruh kurang baik terhadap penetrasi panas uap air ke kultur media (Collins & Lyne, 2004).  

gambar alat laboratorium mikrobiologi
Gambar 1. Autoklaf.


Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau tidak, diperlukan pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan adalah endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya dapat resistan terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat autoklaf sedang bermasalah. Cara pengecekan dimulai dengan menaruh strip yang mengandung spora bakteri dengan material yang disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip ditempatkan di dalam medium cair.  Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada medium cair, berarti proses sterilisasi tidak berjalan sukses (Morello dkk., 2003).

2. Oven

Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan autoklaf, oven tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven dapat mensterilkan barang-barang dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran udara panas tersebut didapatkan secara elektrik.  Barang-barang yang disterilkan oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan objek metal (Collins & Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila diberikan panas uap air (Harley & Prescott, 2002).  

Kelemahan sterilisasi menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan sterilisasi cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan untuk melakukan sterilisasi pada oven, berkisar antara 160-170 °C.  Apabila lebih dari 180 °C, barang yang disterilisasi akan menjadi gosong (Harley & Prescott, 2002).

alat lab mikrobiologi beserta fungsinya
Gambar 3. Oven.

3. Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan suatu sampel kultur. Pengukuran tingkat kekeruhan bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi sel bakteri yang berada pada suatu sampel (Benson 2001; Nester dkk. 2003). Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan mengkonversi jumlah cahaya yang diserap oleh sampel (absorban/densitas optik, O.D.) menjadi jumlah konsentrasi sel bakteri. Sebelumnya, jumlah cahaya yang diteruskan (%T) oleh sampel harus diketahui dengan cara melihat jarum galvanometer yang tertera pada alat spektrofotometer.  Jumlah cahaya yang diteruskan (%T) tadi, kemudian dimasukkan ke dalam rumus densitas optik (O.D.) sebagai berikut:
O.D. = 2 – log . (%T)

Angka O.D. yang telah didapatkan kemudian dikonversi dengan menggunakan tabel logaritma atau kalkulator, sehingga jumlah konsentrasi sel bakteri pada sampel tersebut dapat diketahui (Benson, 2001).

Pembahasan lanjut mengenai spektrofotometer dengan detail, silahkan baca artikel berikut: SPEKTROFOTOMETRI

4. Sentrifugator

Sentrifugator adalah alat yang digunakan untuk mempelajari struktur dan fungsi suatu komponen sel. Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan atau memfraksionasi setiap komponen sel berdasarkan berat jenis dari tiap komponen sel.  Alat tersebut memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan mengendap dan substansi yang lebih ringan akan berada di atas.  Jika kecepatan sentrifugator semakin meningkat, komponen yang lebih ringan akan mengendap di dasar.  Komponen sel yang mengendap disebut pellet, dan komponen sel yang tersuspensi di atasnya disebut supernatan. Pellet yang berhasil didapatkan nantinya akan dipelajari lebih lanjut untuk diketahui fungsinya (Campbell &  Reece, 2009).

pengenalan alat laboratorium mikrobiologi pdf
Gambar 4. Sentrifugator

5. Inkubator

Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan.  Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme bisa melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga temperatur dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan disediakan dengan memberikan air di dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba.  Lingkungan yang basah memperlambat dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman, 2001).

contoh gambar alat laboratorium mikrobiologi
Gambar 5.  Inkubator.

Inkubator memiliki banyak tipe, misalnya inkubator statis, inkubator kocok, dan inkubator waterbath shaker. Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk mengerami mikroba pada medium padat. Sementara itu, inkubator kocok dan inkubator waterbath shaker digunakan untuk mengerami mikroba pada medium cair. Pengocokan pada inkubator kocok dilakukan untuk memberikan pengaruh terhadap temperatur dan beberapa aspek metabolisme mikroba (Patching & Rose, 1970). Adanya prosedur pengocokan pada proses inkubasi mikroba sangat bermanfaat pada mikroba yang dikultur di medium cair, seperti meningkatkan kontak antara mikroba dan medium.  

Penggunaan inkubator waterbath shaker memiliki keuntungan dibandingkan dengan jenis inkubator yang lain.  Keuntungannya adalah penghantaran panas lebih cepat dan merata kepada kultur mikroba, karena penghantaran panas melalui air. Agitasi atau pergolakan air juga akan meningkatkan aerasi. Namun, inkubator waterbath shaker juga memiliki kekurangan, yaitu hanya dapat menginkubasi mikroba pada medium cair (Cappuccino & Sherman, 2001).

Selanjutnya, timbul masalah khusus mengenai inkubasi terhadap bakteri anaerob. Hal tersebut disebabkan bakteri anaerob akan terbunuh jika terpapar dengan oksigen. Inkubasi bakteri anaerob dapat dilakukan pada alat khusus  yang mencegah kondisi lingkungan yang kaya oksigen, yaitu alat yang disebut anaerobic jarAnaerobic jarmempunyai banyak tipe, salah satunya adalah yang memanfaatkan teknik GasPak system (Cappuccino & Sherman, 2001).

Prinsip kerja dari alat anaerobic jar yang menggunakan teknik GasPak system adalah dengan mengeluarkan oksigen dari botol yang tertutup dengan bantuan GasPak Generator dan katalis. Sistem tersebut menggunakan bungkus kimia (GasPak Generator) yang terdiri dari sodium bikarbonat dan sodium borohidrit, yang nantinya akan bereaksi dengan air sehingga menghasilkan karbon dioksida dan hidrogen. Proses penambahan air dilakukan sebelum botol ditutup, dengan cara dipipet ke dalamnya. Setelah itu, paladium, yang terletak di tutup botol, mengkatalisis pembentukan air yang berasal dari hidrogen dan oksigen residu. Akhirnya, kandungan oksigen semakin berkurang dan kandungan karbon dioksida semakin meningkat, sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri anaerob (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).

Untuk mengecek alat anaerobic jar masih bekerja dengan baik atau tidak, dapat menggunakan indikator biologi dan kimia. Indikator biologi yang dapat digunakan seperti Pseudomonas aeruginosa dan Clostridium welchii. Indikator biologi dapat digunakan untuk melihat kecukupan prosedur anaerob yang terjadi pada alat anaerob jar. Namun, pengecekan dengan indikator biologi memerlukan waktu yang lama (harus menunggu tahap inkubasi sampai selesai) dan hasilnya bergantung juga pada medium yang digunakan (Watt dkk., 1976). Sementara itu, indikator kimia yang sering digunakan adalah metilen biru. Metilen biru akan menjadi berkurang warnanya pada kondisi yang kehilangan oksigen (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).

6. Desikator

Desikator adalah alat yang menjaga suatu material dalam kondisi kering dan menjauhkannya dari uap air. Desikator disebut juga kotak pengering karena segala sesuatu yang disimpan di dalamnya akan menjadi kering. Hal tersebut karena adanya suatu desiccant, yaitu suatu agen yang dapat mengabsorpsi semua uap air yang ada di udara pada lingkungan desikator yang tertutup.  Salah satu desiccant yang sering digunakan adalah silika gel. Silika gel akan berubah warna setelah mengabsorpsi uap air. Perubahan warna pada silika gel karena reaksi kimia yang terjadi antara silika gel dengan air yang telah diabsorpsi.


7. Microbiological Safety Cabinet (MSC)   

Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar flow. Selain itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme. Alat MSC mempunyai berbagai tipe sirkulasi udara, setidaknya ada tiga tipe. Salah satu tipenya, udara yang telah terfiltrasi dialirkan ke seluruh MSC agar tercipta sirkulasi udara yang baik, kemudian dikeluarkan melalui suatu exhaust air. Sirkulasi udara bersih tersebut dapat mencegah kontaminasi pada saat melakukan kegiatan pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme (Collins & Lyne, 2004).    

8. Vorteks

Vorteks merupakan alat yang digunakan untuk mencampur sejumlah bahan dalam suatu botol. Prinsip kerja dari vorteks adalah dengan memberikan putaran atau guncangan pada botol sehingga berbagai campuran bahan yang ada di dalam botol tersebut menjadi tercampur secara merata. Proses pencampuran bahan pada vorteks harus dilakukan di ruangan mikrobiological safety cabinet untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Collin & Lyne, 2004).

Referensi
  • Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed. 
  • Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed. 
  • Campbell, N. A. & J. B. Reece. 2009. Biology, 8th ed. 
  • Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002. Microbiology: A laboratory manual. 
  • Collins, C. H. & P. M. Lyne. 2004. Collins & Lyne's microbiological methods. 
  • Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed. 
  • Patching, J. W. & A. H. Rose. 1970. The Effects and control of temperature.  Dalam: Norris, J. R. & D. W. Ribbons (eds.). 1970. Methods in  microbiology volume 2. 
  • Morello, J. A., P. A. Granato & H. E. Mizer. 2003. Laboratory manual and  workbook in microbiology: Applications to patient care. 
  • Nester, E. W., D. G. Anderson, C. E. Roberts, N. N. Pearsall & M. T. Nester. 2004. Microbiology: A human perspective, 4th ed. 
  • Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction, 10th.
  • Watt, B., J. G. Collee & R. Brown. 1976. Tests of performance of anaerobic jars.

Macam-macam Mikroskop dan Fungsinya

Macam-macam Mikroskop dan Fungsinya

Mikroskop adalah alat laboratorium yang digunakan untuk membantu melihat atau mengamati benda yang berukuran kecil (mikroskopis). Kata "mikroskop" diambil dari Bahasa Latin yakni micro = kecil; scope = melihat, sehingga pengertian mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang berukuran kecil. Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Anthony Van Leewenhoek pada tahun 1674 dan terus mengalami perkembangan yang pesat hingga kini. 

Cara kerja mikroskop yakni dengan menggunakan dua lensa yakni lensa okuler (bagian pengamat) dan lensa objektif (bagian yang dekat dengan objek). Bagian mikroskop yang menghubungkan antara lensa okuler dengan lensa objektif adalah tabung mikroskop yang kemudian diberi sumber cahaya untuk memperjelas pengamatan. Apabila kita melihat benda di mikroskop, maka bayangan yang terbentuk dari lensa adalah terbalik, maya, diperbesar. Dengan menggunakan mikroskop, benda mikroskopis bisa diperbesar mulai dari 40x hingga 1.000x.

Jenis-jenis Mikroskop
Teknologi mikroskop mengalami berbagai perkembangan sehingga ada beberapa macam mikroskop yang digunakan. Berdasarkan cara kerjanya, mikroskop terdiri dari mikroskop cahaya (optik) dan mikroskop elektron.

Mikroskop cahaya adalah jenis mikroskop yang menggunakan cahaya untuk mengamati objeknya. Sumber cahaya bisa dengan menggunakan cahaya sekitar yang dipantulkan dengan menggunakan cermin atau menggunakan cahaya lampu yang terhubung dengan listrik. Contoh mikroskop cahaya adalah mikroskop monokuler, mikroskop binokuler, mikroskop digital, dan mikroskop stereo. 

Mikroskop elektron adalah jenis mikroskop yang menggunakan berkas elektron yang terletak di bagian atas sebagai sumber energi, bukan cahaya. Berkas elektron difokuskan kepada objek oleh lensa pembalik yang kemudian diproyeksikan ke layar atau ke komputer dengan perbesaran jutaan kali. Mikroskop jenis ini digunakan oleh para profesional dan peneliti. Terdapat dua macam mikroskop elektron yakni SEM (Scanning Electron Microscope) dan TEM ((Transmition Electron Microscope).

macam mikroskop elektron, macam mikroskop cahaya, macam mikroskop pdf, macam mikroskop berdasarkan sumber cahaya, macam mikroskop dan bagiannya, macam mikroskop berdasarkan sumber sinarnya, macam mikroskop kelebihan dan kekurangan, macam mikroskop dan kelebihannya, macam mikroskop dan kegunaanya, macam mikroskop dan perbedaannya, macam macam mikroskop dan fungsinya pdf, macam-macam mikroskop beserta bagian dan fungsinya, macam macam mikroskop dan penemunya, macam macam mikroskop dan cara kerjanya, sebutkan macam mikroskop berdasarkan sumber sinarnya, macam perbesaran mikroskop, dua macam mikroskop elektron, bagian mikroskop dan fungsinya, bagian mikroskop yang berfungsi untuk memperbesar bayangan obyek adalah
Gambar 1. Macam-macam mikroskop :(a) Mikroskop cahaya; (b) Mikroskop monokuler; 
(c) Mikroskop Binokuler; (d) Mikroskop digital; (e) Mikroskop elektron.


Bagian-bagian Mikroskop dan Fungsinya
bagian mikroskop yang menghubungkan antara lensa okuler dengan lensa objektif adalah, bagian mikroskop yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke obyek adalah, bagian mikroskop yang berfungsi sebagai penghubung lensa objektif dengan lensa okuler adalah, bagian mikroskop cahaya, bagian mikroskop binokuler, bagian mikroskop yang berfungsi untuk mengatur fokus dan dapat dinaikkan dan diturunkan yaitu, bagian mikroskop yang berfungsi sebagai penghubung lensa objektif dan lensa okuler adalah, bagian mikroskop yang berfungsi mengumpulkan cahaya di bawah pentas disebut, bagian mikroskop yang berfungsi sama dengan pupil mata, bagian mikroskop cahaya dan fungsinya, bagian mikroskop yang menghubungkan lensa okuler dan lensa objektif adalah, bagian mikroskop yang berfungsi untuk menyangga mikroskop disebut, bagian mikroskop elektron, bagian mikroskop yang dapat diubah atau diganti sesuai keinginan kita adalah nomor, bagian mikroskop stereo


LENSA OKULER adalah jenis lensa yang berfungsi untuk memperbesar gambar objek dari lensa objektif sehingga terlihat oleh mata. Lensa okuler dapat diganti sesuai dengan kebutuhan ukuran pembesarannya. Pembesaran lensa okuler yakni 5x, 10x, dan 15x.

LENSA OBYEKTIF adalah jenis lensa untuk memperbesar objek agar terlihat oleh lensa okuler. Lensa okuler memiliki pembesaran bermacam-macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatannya. Pembesaran lensa okuler yakni 4x, 10x, 40x, dan 100x. Pergantian perbesaran lensa objektif diatur oleh revolver.

TABUNG MIKROSKOP adalah tempat penghubung lensa okuler dan lensa objektif

MAKROMETER (PENGATUR FOKUS KASAR) berfungsi untuk memfokuskan lensa dengan pergerakan yang kasar dan juga menaik-turunkan bagian tabung mikroskop dengan cepat.

MIKROMETER (PENGATUR FOKUS HALUS) berfungsi untuk memfokuskan lensa dengan pergerakan yang halus dan juga menaik-turunkan bagian tabung mikroskop dengan lambat

REVOLVER berfungsi untuk memutar posisi lensa objektif yang disesuaikan dengan pembesaran.

LENGAN MIKROSKOP adalah bagian pegangan saat membawa atau memegang mikroskop. 

MEJA MIKROSKOP berfunsgi untuk tempat meletakkan preparat yang diamati.

PENJEPIT PREPARAT berfungsi untuk menjepit preparat / slide agar tidak mudah berubah posisinya. Penjepit mikroskop ada yang bisa digeser maju mundur dan ada yang tidak bisa digeser.
DIAFRAGMA berfungsi untuk mengatur atau menyaring banyaknya cahaya yang masuk 

SUMBER CAHAYA berfungsi untuk memberikan cahaya agar objek dapat terlihat. Sumber cahaya pada mikroskop ada yang menggunakan cermin dan lampu. Mikroskop yang menggunakan cermin terdiri dari cermin datar dan cermin cekung. Mikroskop yang menggunakan lampu sebagai sumber cahaya 

KAKI MIKROSKOP berfungsi sebagai penumpu atau menopang mikroskop.


Cara Menggunakan Mikroskop
Menyiapkan mikroskop 

  1. Peganglah lengan mikroskop dengan tangan kanan sementara tangan kiri menyangga kaki mikroskop. 
  2. Letakkan di atas meja yang kokoh dan bersih. 
  3. Bersihkan mikroskop dan kenali bagian-bagiannya. 
Mengatur penyinaran 

  1. Dengan melihat melalui lensa okuler, aturlah cermin agar diperoleh penyinaran yang merata di seluruh medan pandangan. 
  2. Untuk mengumpulkan cahaya agar kekuatan pencahayaan bertambah gunakanlah kondensor. Abaikan tahapan ini jika sumber cahaya menggunakan lampu.
  3. Jika sinar terlalu kuat, maka aturlah dengan diafragma.
Mengatur lensa 

  1. Putar revolver untuk memindahkan lensa objektif dengan pembesaran paling kecil (4x) tepat di tengah meja sediaan sampai terdengar bunyi klik.
  2. Letakkan preparat di tengah meja sediaan dan jepit agar tidak bergeser perhatikan dari samping dan putarlah makrometer / pengatur fokus kasar untuk menurunkan tabung mikroskop dengan cepat sehingga lensa objektif hampir menyentuh preparat.
  3. Gunakan mikrometer / pengatur fokus halus untuk memfokuskan preparat.
Mengganti perbesaran 

  • Putarlah lensa objektif yang diinginkan ke sumbu optik hingga terdengar bunyi klik dengan memutar revolver.
  • Lensa objektif cenderung memerlukan pencahayaan yang kuat. Aturlah bagian diafragma agar memperoleh pencahayaan yang bagus.
  • Usai melakukan pengamatan, kembalikan posisi lensa objektif ke perbesaran lemah.

Health-Related Quality of Life of Patients with HPV-Related Cancers in Indonesia Didik Setiawan, PhD1,2,*, Arrum Dusaļ¬tri, BPharm2, Gi...